Trend Micro Incorporated, pemimpin global dalam solusi cybersecurity, hari ini merilis hasil survei yang menunjukkan bagaimana pekerja jarak jauh menangani hal ini. Hampir tiga perempat (72%) pekerja jarak jauh mengatakan mereka lebih sadar akan kebijakan keamanan cyber organisasi mereka sejak penguncian dimulai. Tetapi banyak pula yang melanggar peraturan karena keterbatasan pemahaman atau keterbatasan sumber daya.
Kepala Trend Micro telah melakukan wawancara dengan 13.200 pekerja jarak jauh di 27 negara tentang sikap mereka terhadap keamanan dunia maya dan kebijakan IT. Ini mengungkapkan bahwa tidak pernah ada waktu yang lebih baik bagi perusahaan untuk mengambil keuntungan dari kesadaran cybersecurity karyawan yang tinggi.
Survei ini mengungkapkan bahwa pendekatan yang diambil bisnis untuk pelatihan sangat penting untuk memastikan praktik yang aman diikuti.
Kesadaran yang Tinggi Akan Cybersecurity
Hasilnya memang menunjukkan tingkat kesadaran keamanan yang tinggi. Hampir 84% responden mengklaim mereka menerima instruksi dari tim IT mereka dengan serius. Sedangkan 83% setuju bahwa keamanan cyber dalam organisasi mereka adalah sebagian dari tanggung jawab mereka. Selain itu, 67% mengakui bahwa menggunakan aplikasi yang tidak berfungsi pada perangkat perusahaan adalah risiko keamanan.
Namun, hanya karena sebagian besar orang memahami risiko tidak berarti mereka tetap berpegang pada aturan.
Sebagai contoh:
- 44% karyawan mengaku menggunakan aplikasi non-kerja pada perangkat perusahaan, dan 46% dari mereka sebenarnya telah mengunggah data perusahaan ke aplikasi itu.
- 83% responden mengaku menggunakan laptop kantor mereka untuk browsing pribadi, dan hanya 45% dari mereka sepenuhnya membatasi situs yang mereka kunjungi.
- 42% responden mengatakan mereka sering atau selalu mengakses data perusahaan dari perangkat pribadi – hampir pasti melanggar kebijakan keamanan perusahaan.
- 14% responden mengaku menonton / mengakses hal tak senonoh di laptop kantor mereka, dan 14% mengakses dark web.
Produktivitas masih menang atas perlindungan bagi banyak pengguna. 52% responden setuju bahwa mereka tidak terlalu memikirkan apakah aplikasi yang mereka gunakan disetujui oleh IT atau melanggar Cybersecurity. Ini karena mereka hanya ingin pekerjaan dilakukan dan cepat beres. Selain itu, 44% berpikir mereka bisa lolos dengan menggunakan aplikasi non-kerja, karena solusi yang disediakan oleh perusahaan mereka ‘omong kosong.’